Monday, October 31, 2011

HEDONISME DAN HEROISME PEMUDA INDONESIA

Saat kita melihat kondisi pemuda saat ini, maka bayangan keprihatinanlah yang akan kita temukan. Para pemuda berada dapa titik yang kritis dalam sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Para pemuda bangsa dekat dengan citra-citra negatif seperti perkelahian, penggunaan obat-obatan terlarang, foya-foya dan lain sebagainya. Padahal dilain sisi potensi Indonesia begitu besar. Dalam pendataan penduduk oleh Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010 mencapai 259.940.857. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802 perempuan. Kondisi ini juga diprediksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, jumlah penduduk Indonesia berpotensi menjadi yang terbesar sedunia setelah China dan India jika laju pertumbuhannya tak bisa ditekan secara signifikan.

Posisi ini tidak mungkin dapat diisi dengan baik oleh pemuda saat mereka sendiri masih berkutat dengan masalah mereka sendiri. Pemuda yang bertugas sebagai Agen of Change dan Iron Stock bagi bangsa masih terlena dan tersibukan oleh kesenangan dan ketidak pedulian terhadap lingkungannya. Bagaimana mereka bisa menjadi solusi untuk berbagai masalah yang dihadapi negara ini? Bagaimana mereka bisa mewujudkan harapan dan tanggungjawab yang mereka pikul jikalau mereka masih terkurung dalam pikiran kecil mereka yang disebut “kesenangan pribadi”, tanpa berpikir dan berkontribusi untuk negeri.
Pada prinsipnya manusia terdiri dari dua bagian, jiwa dan raga. Hedonisme pada prinsipnya mementingkan kebutuhan fisik dari pada jiwa. Hedonisme di Indonesia saat ini merupakan fenomena paham perilaku yang khas negara berkembang. Perilaku tanggung dalam menangkap modernitas sebagai sebuah nilai. Tingkatan kesuksesan hidup tidak lagi pada keunggulan ruhaniah, tetapi pada kelebihan jasmaniah semata-mata. Norma menjadi longgar, karena apapun dapat dilakukan untuk menuju keberhasilan di bidang jasmani dan materi. Sehingga kesenangan dan kepuasan pribadi menjadi utama dengan mengesampingkan kepentingan bersama, kepentingan bangsanya. Padahal negara ini membutuhkan sebuah kontribusi nyata para pemudanya yang tentunya membutuhkan perjuangan dan pengorbanan untuk kebaikan bersama. Hal inilah yang sangat sulit untuk diwujudkan dimasa sekarang, dengan budaya hedonisme para pemuda Indonesia yang semakin meningkat.
Hedonisme ini tercermin dalam kebiasaan pemuda Indonesia saat ini. Mulai dari kerusuhan antara pemuda hingga kasus narkoba. Kekerasan dan kerusuhan merupakan buah dari budaya hedonisme yang menghilangkan sifat-sifat sosial dantara bangsa Indonesia. Hal yang lebih ironis lagi adalah pelaku tersebut adalah pelajar. Ratusan pelajar SMA Negeri 4 dan SMA Negeri 8 Banda Aceh terlibat kerusuhan akibatnya puluhan kaca jendela salah satu lembaga pendidikan itu rusak berat. Kerusuhan itu dipicu akibat sebuah tulisan mengejek di dinding belakang SMA Negeri 4 mengakibatkan puluhan jendela kelas SMA yang dibangun Pemerintah DKI Jakarta itu pecah dan pagar pembatas dua sekolah itu roboh.
Hedonisme yang paling nampak dari para pemuda, intelektual muda adalah penggunaan narkoba. Seperti yang diberitakan tujuh pengguna dan pengedar narkoba yang ditangkap Satnarkoba Polres Sidoarjo. Dua di antaranya pelajar salah satu SMK swasta di Sidoarjo. Lebih mengenaskan lagi Badan Narkotika Provinsi (BNP) Kepulauan Riau (Kepri) menyatakan, sekitar 60 persen pelajar di wilayah tersebut diduga sebagai pengguna narkoba.
Padahal jikalau kita menengok kembali perjalanan bangsa Indonesia, pemuda sempat menjadi pahlawan dan para perubah sejarah kelam. Peran para pemuda yang begitu besar membuat mereka mendapatkan posisi dan nama yang begitu tinggi dimasanya. Sebut saja era pergerakan organisasi pra-kemerdekaan, Dokter Sutomo yang bernama asli Subroto tokoh pemuda Budi Utomo; Satiman Wiriosandjojo tokoh pemuda Tri Koro Darmo; Ernest Douwes Dekkeratau, Danudirja Setiabudi, Dr. Cipto Mangunkusumo atau Tjipto Mangoenkoesoemo, Soewardi Soerjaningrat tokoh pemuda Indische Partij; dan banyak lagi tokoh-tokoh pemuda bangsa lainnya.
Bangsa yang besar ini tidak akan ‘besar’ dengan pemuda-pemudanya yang ‘kecil’. Teringat dengan sebuah kata-kata bijak, “ orang besar memikirkan hal-hal besar” . Untuk menjadi bangsa yang besar, bangsa Indonesia membutuhkan para pemuda yang besar, untuk bisa menjadi pemuda-pemuda besar meraka harus berpikir besar. Berbeda waktu membuat heroisme yang harus dilakukan pemuda Indonesia sekarang berbeda dengan pemuda Indonesia masa lalu. Dahulu pemuda Indoesia berjuang melawan penjajah, sekarang pemuda Indonesia harus mampu mengisi dan mengharumkan Indonesia sebagai wujud dari Heroisme-nya.
Para pemuda yang berpikir hal-hal besar ini mampu menjawab tantagan dunia dan mengutamakan kepentingan bersama sehingga dapat mengharumkan nama bangsa. Peran-peran pemuda Indonesia ini dapat kita lihat dalam segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kewirausahaan dan pengabdian pada masyarakat. Dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi peran pemuda dapat dilihat dari prestasinya, dua Tim Indonesia meraih empat medali emas, tiga perak dan dua perunggu pada International Olympiad Astronomy & Astrophysic (IOAA) ke-2 Tahun. Prestasi ditingkat Internasional ini mengharumkan nama Indonesia. Selain dalam prestasi penemuan teknologi juga menjadi peran pemuda Indonesia, Dwi Ratnasari, pemudi asal Surabaya ini berkarya dengan membuat alat yang dapat menditeksi kolesterol tinggi.
Dalam bidang wirausaha banyak sekali pemuda yang menekuni industri kreatif, makanan, pakaian hingga dunia hiburan. Sebut saja Raditya Dika, penulis novel Kambing Jantan ini mampu menjadi contoh pemuda teladan dengan terjun didunia wirausaha melalui dunia kepenulisan dan hiburan. Program Indonesia Mengajar juga menjadi salah satu gerakan pengabdian pada masyarakat yang dilakukan pemuda Indonesia. Program ini mengirimkan para pemuda kedaerah-daerah terpencil dan membutuhkan tenaga pengajar. Semangat mengabdi muda-mudi Indonesia disalurkan melalui Indonesia Mengajar ini.
Dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa peran pemuda Indonesia saat ini bukanlah mementingkan kesenangannya pribadi, namun harus sudah memikirkan kepentingan bangsanya, kepentingan bersama. Langkah tersebut dapat dilakukan melalui jalannya sendiri-sendiri seperti mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, berwirausaha atau bahkan langsung mengabdikan diri kepada masyarakat. Untuk itu marilah menjadi pemuda Indonesia yang tidak terjebak dalam hedonisme hidup namun mengedepankan heroisme dalam kesehariannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. 10 Pemuda Dengan Prestai Unik. Diakses dari http://metro.vivanews.com/news/read/75392-10_pemuda_dengan_prestasi_unik . Pada 31 Oktober 2011.
Anonim. 2011. 2 Pelajar Sidoarjo Pakai Narkoba. http://www.beritajatim.com/detailnews.php/4/Hukum_&_Kriminal/2011-10-17/115007. diakses pada 31 Oktober 2011.
Anonim. 2011. Ratusan Pelajar Terlibat Kerusuhan di Aceh. http://eksposnews.com/view/2/27084/Ratusan-Pelajar-Terlibat-Kerusuhan-di-Aceh.html. di akses pada 31 Oktober 2011.
Ath Thawil, Nabil Subhi.1990. Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-Negara Muslim. Mizan; Bandung.
Awaliddin Nurul. 2008. The Golden History; Keajaiban Bangsa-Bangsa yang Menggemparkan Dunia. Almatera Publishing; Yogyakarta.
Sardar, Ziauddin. 1991. Tantangan Dunia Islam Abad 21. Yogyakarta: Penerbit Mizan.

0 komentar:

Post a Comment