Tuesday, December 6, 2011

YLS 2011; BOGOR-JAKARTA (part 1)

Tidak banyak komentar yang akan dituliskan dalam naskah ini mengenai alasan mengapa kami (aku dan teman baruku yang berasal dari Aceh) berada di Puncak Cisarua Bogor, Jawa Barat. Pada dasarnya aku dan Reza bertemu disana karena kami menjadi salah satu dari 200 peserta terpilih dalam YLS (Young Leaders Summit) 2011, yang diadakan oleh GPF (Global Peace Festival). Mahasiswa HI (Hubungan Internasional) UMY 2010 ini mempunyai senyum riang layaknya cover boy di majalah anak muda. Lugas, dia pria yang mudah bergaul dan diterima oleh lingkungannya. Hal itu dirasakan juga oleh aku. Pertama bertemu saat akhir dari acara YLS 2011 tersebut. Agak kaget sih karena dari data yang terakhirku baca (mungkin aku yang salah baca), peserta YLS 2011 dari Yogyakarta hanya 11 orang, 7 dari UGM, 3 dari UNY dan 1 dari UII. Pertama kali berjabat tangan pertanyaan di atas terlontar dengan jelas, “emang dari UMY ada poh?”, tidak bermaksud merendahkan atau meninggung namun kepolosanku sekarang kurang etis juga ternyata.

Kecanggungan tak terasa bagi kami, mahasiswa yang terbiasa menyesuaikan keadaan dengan lingkungan baru. Apa lagi setelah aku tahu dia akan menjadi teman perjalananku esok hari. Dari vila kartika (semoga saja aku tidak salah ingat) kami turun menuju jalan besar, mungkin tidak banyak yang aku ingat tentang dia. Dalam perjalanan bus menuju gadok pun sama, karena tempat duduk kita jauh. Gadog menuju Terminal Besar Barangsiang Bogor mencatat hal yang sama, mungkin malah tidak mungkin karena dalam satu angkutan kota yang normalnya berisi 9-10 orang, waktu itu diisi oleh 15 orang (wow!!!) belum lagi ditambah barang-barang kami yang berkoper ekstra besar serta supirnya.
Setelah tahu dia anak HI tanpa ragu, tanpa malu langsung aku minta dia menemaniku mengasah kemampuan bahasa Inggrisku yang ala kadarnya. Untunglah dia berpengalaman topik-demi topik kita lalui dengan bantuannya menyampaikan maksud dari apa yang ingin aku sampaikan. Tidakku pungkiri kadang bahasa Indonesia juga sering terucap, maklum jarang berlatih bahasa Inggris sih. Nyaman, ya nyaman. Perjalanan yang mengerikan (supir angkutannya ngeri banget waktu dijalan), dilalui dengan penuh senyuman. Seringkali kami menghentikan topik untuk sekedar membaca dan membalas SMS, serta mengomentari cara mengemudi dan keadaan transportasi di Bogor. Dalam semakin dalam pembicaraan kamisampai kami berbicara mengenai keluarga kami, ibu kami yang paling kami sayang hingga sosok pahlawan kami yang sudah lebih dahulu meninggalkan dunia ini. Luar biasa. Kami terbuka untuk hal-hal yang begitu privasi.
Tidak ingin perbincangan kami berlalu, maka kami memutuskan untuk menginap didekat UIN Syarif Hidayatulloh, ditempat mba Mela. Setelah sholat di masjid, kami dijemput, ya belum jodoh bertemu mba mela, kami hanya bertemu mas Rendra. Sebelum tidur ditempatnya, hanya mie instan yang dapat kami masukan dalam perut kami. (menyesal hanya itu yang bisa disajikan). Dalam hati berkata, "maaf kawan". Istirahat...

0 komentar:

Post a Comment